![]() |
blognyasukmasuci.wordpress.com |
Ikhwah,
saudaraku seiman dan seperjuangan.
Memang dalam
masa-masa muda (apalagi saat masa akhir kuliah seperti saya J) sering terbersit
difikiranuntuk menikah. Namun apakah sebenarnya kita sudah siap menikah atau
mungkin hanya sekedar ingin menikah namun sebenarnya belum siap? Apalagi
susasna atau lingkungan yang sangat mendukung untuk kita melakukan hal-hal itu,
maka akan semakin kuat keinginan untuk menikah walaupun sebenarnya kalau di
timbang-timbang dan di lihat-lihat keadaan dan kondisi kita sebenarnya belumlah
memadai dan siap untuk menikah.
Sebenarnya
kalau saya pribadi sih yaaa pernah berfikir seperti itu. Apalagi ya dikampus
saya itu banyak yang nikah pas lagi kuliah. Lebih utama lagi di kelas saya tuh
ya udah 5 orang yang nikah dan alhamdulillah udah 2 orang yang sudah memiliki
buah hati. Aduuhhh jujur aja, kalau pas jalan-jalan sama temen-temen kelas tu
bawaannya pengeen banget nikah. Ada rasa iri dan pengen seperti mereka yang
bisa didampingi istri atau suaminya kemanapun. Apalagi udah halal gitu, rasanya
itu ya ngiri dan pengen banget mengikuti jejak mereka.
Tapi nih, yang
jadi permasalahannya itu yaa diri sendiri aja. Apakah kita udah siap nikah?
Kalau di timbang-timbang lagi nih **kayak dacin aja ni di timbang-timbang J ** faktor apa aja sih
yang jadi acuan kalau kita udah siap nikah atau ngga?
1.
Kesiapan pengetahuan dan
agama. Kenapa kok pengetahuanitu penting/ apalagi agama. Ilmu pengetahuan itu akan membuat orang lebih
bisa berfikir bijak dan lebih dewasa dalam berfikir. Agama memberikan kekuatan
hati dan menjadikan kita lebih kuat iman. Karena seperti kakak saya, nikah itu
bukan hanya sehari dua hari atau sebulan, setahun, dua tahun dst, tapi seumur
hidup. Makanya agama dan pengetahuan itu sangat penting agar tidak mudah
terjadi perceraian, lebih ngeri lagi kalau terjadi KDRT (kekerasan dalam rumah
tangga). Kasian anaknya nanti, karena pertengkaran orang tua atau peceraian itu
bisa mempengaruhi pesikologi anak. Itu bekal pertama.
2.
Ekonomi. Yaaa.... memang di
dunia itu yang namanya masalah ekonomi sering jadi masalah utama dan masalah
besar bagi setiap orang. Syukur-syukur kalau dapat percikan rejeki dari nyokap
bokap (ibu/bapak). Nah kalau nggk sama sekali? Kita harus berfikir bagaimana
kita memberi makan istri kita. Kalau udh punya naka, nambah lagi bagaimana
kitamembelikan anak kita popok, susu, baju dll. Belum mikirin isi dapur, isi
rumah, dan isi dompet.
3.
Pekerjaan tetap. Nahh ini
ni yang juga jadi problem anak yang nikah muda atau usia dini. Belum bisa
memikirkan bagaimana ia mencari kerja. Apalagi kalau cuma tamatan SMA, nyari
kerja bakalan susah, apalagi kalau di kota-kota besar. Makanya ni rasa pengen nikah
saya itu sering kendor, karena saya rasa saya belum bisa menafkahi istri dan
anak saya nantinya. Kalau belum punya kerjaan kan otomatis ekonomi keluarga
jadi keritis.
Nahhh itu tu
beberapa bekal dari saya, kalau ada yang kurang bisa ditambahkan sendiri di
kolom Coment. Itu Cuma beberapa dari
saya aja, karena saya sendiri memang merasakan hal ini tapi saya mencoba untuk
memikirkannya dulu. Saya juga sering dinasihati seperti itu sebelum nikah.
Karena nikah itu katanya seperti “mengendarai kapal. Melewati ombak-ombak
besar, badai, cucaca yang ekstrim dan serba tidak menentu”,tapi kalau sudah
berhasil melewati masa-masa sulit, yakinlah insyaallah akan lebih mudah
menjalani mahligai rumah tangga. Makanya, saya juga berfikir apakah saya memang
sudah siap menikah atau hanya sekedar ingin menikah? Dan ternyata kesimpulannya
saya belum siap menikah. Tapi mudah-mudahan allah memberi kita jalan kemudahan
biar kita bebas dari penjara “remaja” yang sangat bahaya kalau tidak bisa
mengontrol diri.
Ok ikhwah...
keep semangat ya! Semangat memperbaiki diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar