Senin, 29 September 2014

Antara Ingin Dan Siap Menikah




blognyasukmasuci.wordpress.com
Ikhwah, saudaraku seiman dan seperjuangan. 
Memang dalam masa-masa muda (apalagi saat masa akhir kuliah seperti saya J) sering terbersit difikiranuntuk menikah. Namun apakah sebenarnya kita sudah siap menikah atau mungkin hanya sekedar ingin menikah namun sebenarnya belum siap? Apalagi susasna atau lingkungan yang sangat mendukung untuk kita melakukan hal-hal itu, maka akan semakin kuat keinginan untuk menikah walaupun sebenarnya kalau di timbang-timbang dan di lihat-lihat keadaan dan kondisi kita sebenarnya belumlah memadai dan siap untuk menikah.
Sebenarnya kalau saya pribadi sih yaaa pernah berfikir seperti itu. Apalagi ya dikampus saya itu banyak yang nikah pas lagi kuliah. Lebih utama lagi di kelas saya tuh ya udah 5 orang yang nikah dan alhamdulillah udah 2 orang yang sudah memiliki buah hati. Aduuhhh jujur aja, kalau pas jalan-jalan sama temen-temen kelas tu bawaannya pengeen banget nikah. Ada rasa iri dan pengen seperti mereka yang bisa didampingi istri atau suaminya kemanapun. Apalagi udah halal gitu, rasanya itu ya ngiri dan pengen banget mengikuti jejak mereka.
Tapi nih, yang jadi permasalahannya itu yaa diri sendiri aja. Apakah kita udah siap nikah? Kalau di timbang-timbang lagi nih **kayak dacin aja ni di timbang-timbang J ** faktor apa aja sih yang jadi acuan kalau kita udah siap nikah atau ngga?
1.       Kesiapan pengetahuan dan agama. Kenapa kok pengetahuanitu penting/ apalagi agama.  Ilmu pengetahuan itu akan membuat orang lebih bisa berfikir bijak dan lebih dewasa dalam berfikir. Agama memberikan kekuatan hati dan menjadikan kita lebih kuat iman. Karena seperti kakak saya, nikah itu bukan hanya sehari dua hari atau sebulan, setahun, dua tahun dst, tapi seumur hidup. Makanya agama dan pengetahuan itu sangat penting agar tidak mudah terjadi perceraian, lebih ngeri lagi kalau terjadi KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Kasian anaknya nanti, karena pertengkaran orang tua atau peceraian itu bisa mempengaruhi pesikologi anak. Itu bekal pertama.
2.       Ekonomi. Yaaa.... memang di dunia itu yang namanya masalah ekonomi sering jadi masalah utama dan masalah besar bagi setiap orang. Syukur-syukur kalau dapat percikan rejeki dari nyokap bokap (ibu/bapak). Nah kalau nggk sama sekali? Kita harus berfikir bagaimana kita memberi makan istri kita. Kalau udh punya naka, nambah lagi bagaimana kitamembelikan anak kita popok, susu, baju dll. Belum mikirin isi dapur, isi rumah, dan isi dompet.
3.       Pekerjaan tetap. Nahh ini ni yang juga jadi problem anak yang nikah muda atau usia dini. Belum bisa memikirkan bagaimana ia mencari kerja. Apalagi kalau cuma tamatan SMA, nyari kerja bakalan susah, apalagi kalau di kota-kota besar. Makanya ni rasa pengen nikah saya itu sering kendor, karena saya rasa saya belum bisa menafkahi istri dan anak saya nantinya. Kalau belum punya kerjaan kan otomatis ekonomi keluarga jadi keritis.
Nahhh itu tu beberapa bekal dari saya, kalau ada yang kurang bisa ditambahkan sendiri di kolom Coment.  Itu Cuma beberapa dari saya aja, karena saya sendiri memang merasakan hal ini tapi saya mencoba untuk memikirkannya dulu. Saya juga sering dinasihati seperti itu sebelum nikah. Karena nikah itu katanya seperti “mengendarai kapal. Melewati ombak-ombak besar, badai, cucaca yang ekstrim dan serba tidak menentu”,tapi kalau sudah berhasil melewati masa-masa sulit, yakinlah insyaallah akan lebih mudah menjalani mahligai rumah tangga. Makanya, saya juga berfikir apakah saya memang sudah siap menikah atau hanya sekedar ingin menikah? Dan ternyata kesimpulannya saya belum siap menikah. Tapi mudah-mudahan allah memberi kita jalan kemudahan biar kita bebas dari penjara “remaja” yang sangat bahaya kalau tidak bisa mengontrol diri.
Ok ikhwah... keep semangat ya! Semangat memperbaiki diri.

Tidak ada komentar: